Sungsang, sebuah perkampungan tua
April 22, 2020Beberapa waktu yang lalu saya berkesempatan mengunjungi sebuah perkampungan istimewa di Sumatera Selatan. Sungsang, barangkali bukan nama...
April 22, 2020
Beberapa waktu yang lalu saya berkesempatan mengunjungi sebuah perkampungan istimewa di Sumatera Selatan. Sungsang, barangkali bukan nama yang asing bagi para pembaca. Kawasan ini terletak di muara Sungai Musi, termasuk ke dalam wilayah adminitratif Kecamatan Banyuasin II, Kabupaten Banyuasin. Menurut catatan O.W. Wolters yang diterbitan pada tahun 1979, bukti keramik menunjukkan bahwa Sungsang telah dihuni sejak sekitar tahun 1.600. Bukti ini semakin diperkuat dengan disebutkannya Sungsang pada suatu kesepakatan antara Sultan Palembang dengan Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC), pada tahun 1681.
Rumah-rumah di Sungsang.
Untuk menuju Sungsang kita bisa menggunakan dua alternatif moda transportasi dari Kota Palembang. Pertama, menggunakan jalur darat, baik kendaraan pribadi atau angkutan umum berupa kendaraan travel. Alternatuf kedua, menggunakan jalur air berupa speed boat yang rutin setiap hari. Untuk travel berangkat dari daerah Sayangan, sedangkan untuk speed boat berangkat dari 16 Ilir. Suasana kampung nelayan langsung langsung terasa ketika memasuki kawasan ini. Sungsang adalah permukiman di atas air. Setelah memasuki gerbang, kita akan menyusuri jalan-jalan laksana jembatan super panjang. Becak menjadi moda transportasi umum yang disediakan. Ada lima desa yang berderet mengikuti tepian sungai, meliputi Marga Sungsang, Sungsang 1, Sungsang 2, Sungsang 3, dan Sungsang 4. Setidaknya 20 ribu orang bermukim di kawasan ini. Masyarakat Palembang menyebut orang Sungsang sebagai “wong laut”. Tentu saja karena sebagian besar warga masyarakat Sungsang berprofesi sebagai nelayan.
Becak menjadi transportasi umum di dalam kawasan Sungsang.
Hasil tangkapan nelayan Sungsang diperdagangkan, baik untuk kebutuhan ekspor, maupun menyuplai kebutuhan lokal. Jenis-jenis yang memiliki nilai jual tinggi antara lain bawal, cawang, kakap, gerot, senangin, dan tengiri. Selain ikan, nelayan juga menghasilkan tangkapan lain seperti udang, kepiting bakau, kepiting rajungan, cumi-cumi, sotong, dan kerang-kerangan. Produk-produk hasil tangkap tersebut sebagian besar langsung ditampung oleh pengepul, sedangkan sebagian lainnya bisa kita temui di pasar.
Proses penjemuran ikan.
Selain produk mentah, seperti ikan, udang, kepiting, dan lain-lain; masyarakat Sungsang juga telah memproduksi aneka olahan hasil tangkapan. Produk olahan yang dihasilkan oleh masyarakat adalah , terasi, kemplang, kerupuk udang, ikan asin, ataupun ikan kering. Makanan hasil olahan produk laut juga banyak tersedia. Makanan yang paling terkenal di Sungsang adalah pempek udang. Bisa dibilang pempek yang warnya kemerahan ini merupakan makanan khas di Sungsang. Sulit untuk menemukan pempek udang di daerah lain seperti Palembang. Kalaupun ada, biasanya kiriman dari Sungsang.
Orang-orang dari luar daerah banyak berdatangan ke Sungsang. mereka datang dengan berbagai tujuan. Sebagian melakukan aktivitas rekreasi, seperti memancing atau sekedar menikmati suasana kampung nelayan. Pengunjung bisa membeli ikan segar, baik di pasar atau langsung di pengepul. Aneka produk olahan hasil laut seperti pempek udang, tekwan udang, kemplang juga menjadi daya tarik bagi masyarakat dari luar untuk datang ke Sungsang. Beragam aktivitas warga masyarakat maupun produk-produk hasil laut menjadi daya tarik tersendiri, dan merupakan potensi untuk dikembangkan sebagai atraksi wisata. Sungsang sendiri mulai berbenah untuk tumbuh menjadi salah satu destinasi wisata unggulan di Sumatera Selatan. Kita tunggu saatnya Sungsang menjadi destinasi wisata unggulan di Sumsel.
Salatiga, April 2020