Merasakan sapta pesona di ujung barat Nusantara
March 21, 2016Pulau Weh, harus saya akui sebagai salah satu pulau favorit. Saya bukan seorang maniak traveling, pun juga bukan pengamat wisata. N...
March 21, 2016
Pulau Weh, harus saya akui sebagai salah satu pulau favorit.
Saya bukan seorang maniak traveling, pun juga bukan pengamat wisata. Namun pandangan
pribadi saya tentang Pulau Weh mengatakan bahwa pulau di ujung barat Indonesia
ini adalah salah satu destinasi wisata terbaik di Indonesia. Pulau dengan luas
156,3 km persegi (menurut Wikipedia) ini memang dikaruniai keindahan alam yang
istimewa. Pulau vulkanik ini ibarat kata kalau kita memotret asal jepret aja
hasilnya pasti bagus. Mulai dari lautnya, hutan, gunung api, kota dan perkampungannya
selalu menarik untuk dipandang.Di sinilah kota Sabang yang kental dengan nuansa
masa-masa prakemerdekaan berada.
Akses yang relatif mudah dan aman
Paling umum Pulau Weh ditempuh melalui jalur laut dari
pelabuhan Ulee Lheue di Banda Aceh menuju pelabuhan Balohan di Sabang. Setiap hari
ada 2 pelayaran kapal feri pulang pergi, dengan durasi perjalanan sekitar 2
jam. Kalau mau lebih cepat bisa menggunakan kapal cepat yang membutuhkan waktu
kurang dari satu jam. Jika tujuannya berwisata, di Balohan sudah banyak layanan
antar jemput yang include pemandu yang siap mengantar dan memberi penjelasan
tentang beberapa objek wisata di Sabang. Dari pengalaman saya, biaya yang
mereka tawarkan sepertinya sudah memiliki standar. Sebagian besar wisatawan
menginap di Iboih, sebuah kampung wisata yang ramai dan dengan berbagai
fasilitas yang ditawarkan.
Pemandangan yang memanjakan mata
Kesan pertama masuk ke Sabang adalah adalah kota yang bersih
dan tertata. Ciri khas yang saya amati di Sabang adalah kanan kiri-jalan yang
tertata, dan relatif seragam dengan pepohonan yang tertata rapi. Sesekali kebun-kebun
pinang menghiasi pemandangan di Pulau Weh. Jalur timur yang saya lewati ini
berada di tepi pantai. Secara umum pantai-pantai di Sabang bersih dan tertata. Hutan
dan perkampungan seakan menyatu dalam harmoni. Tidak ada lahan terbuka yang
merusak pemandangan. Yang ada hanya hutan-hutan lebat yang di tepinya terdapat
permukiman-permukiman. Kadang kala segerombolan monyet ekor panjang teramati di
tepian jalan, seakan tidak terganggu oleh lalu lalang kendaraan.
Kaya akan sejarah
Sebagai kota di ujung barat negeri ini, Sabang merupakan
salah satu kota penting sejak jaman penjajahan. Bangunan-bangunan kuno
peninggalan Belanda sejak tahun 1800an banyak dijumpai di Kota Sabang. Beberapa
gedung masih digunakan sampai saat ini. Bunker dan beteng peninggalan Jepang
juga banyak terdapat di pesisir. Hal ini menandakan bahwa pada masa perang,
Sabang adalah pertahanan strategis dari musuh. Dengan sejarah yang cukup
panjang, masyarakat di Sabang saat ini terdiri dari berbagai etnis dan latar
belakang budaya, menjadikannya unik dan eksotik.
Dari wisata bawah air sampai volkano
Tugu kilometer nol Indonesia adalah tujuan utama para
pelancong. Bagaimanapun, menginjakkan kaki di ujung barat negara ini adalah
sebuah pengalaman yang tak akan terlupakan. Ada lagi tugu Sabang-Merauke yang
hanya ada dua di Indonesia. Kekayaan daya tarik Sabang (Pulau Weh) tak ada
habisnya. Mulai dari bawah lautnya yang menawan, pantai-pantai baik pasir putih
dan pasir hitam, kota sejarah, danau air tawar Aneuk Laot, air terjun Pria Laot,
hingga Jaboi volcano.
Itulah Sabang di mata saya sebagai orang awam. Sabang berhasil menerapkan
sapta pesona wisata sehingga menjadikannya berkharisma dan berkembang menjadi destinasi
wisata yang memiliki reputasi baik. Aman, tertib, bersih, sejuk, indah, ramah,
dan kenangan; semuanya menyatu menjadi karakter yang melekat di Kota Sabang
dengan Pulau Weh-nya. Saya cinta Sabang.