Desa Wisata Jatimulyo Juara III Tingkat Daerah Istimewa Yogyakarta

Panorama persawahan di sekitar air terjun Setawing. Kepariwisataan di Desa Jatimulyo, Girimulyo - Kulonprogo sebenarnya sudah b...


Panorama persawahan di sekitar air terjun Setawing.


Kepariwisataan di Desa Jatimulyo, Girimulyo - Kulonprogo sebenarnya sudah berkembang sejak sekitar tahun 2008, namun baru sekitar satu tahun terakhir pengelolaannya dilakukan dengan lebih terstruktur dan terorganisir dengan baik. Hal ini ditandai dengan dikembangkannya beberapa destinasi wisata baru di Desa Jatimulyo, antara lain air terjun Grojogan Sewu, Kembangsoka, Kedungpedut, Setawing, Taman Sungai Mudal, dan Puncak Gunung Lanang.

Dalam lomba desa wisata tingkat Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2015 ini, Desa Wisata Jatimulyo berhasil menyabet peringkat ketiga. Ini adalah pencapaian yang luar biasa, mengingat pengembangan wisata di desa ini masih sangat baru. Selain dinilai dari potensi daya tarik wisata yang telah dikembangkan, lomba ini juga menilai peranan setiap elemen masyarakat desa, termasuk usaha pemerintah desa setempat dalam memfasilitasi pera pelaku kepariwisataan desa. Proses penilaian dalam lomba ini dilakukan sepanjang bulan April 2015, dan puncaknya adalah grand final yang diadakan di Pantai Krakal, Gunungkidul pada 28 April 2015.

Desa Wisata Jatimulyo dalam mengembangkan kepariwisataannya selalu berusaha untuk mengedepankan aspek pemberdayaan masyarakat, dengan harapan agar pariwisata dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat. Selain itu, diharapkan dengan adanya aktivitas wisata di desa ini juga tidak akan merusak alam dan lingkungannya yang asri. Untuk itu dibuatlah sebuah konsep pariwisata yang berkelanjutan.

'Sustainable tourism is the extension of sustainable development'. Pariwisata yang berkelanjutan adalah salah satu pengejawantahan konsep pembangunan berkelanjutan, hal inilah yang melandasi setiap sendi kepariwisataan Jatimulyo. Pendekatan dalam memetakan potensi daya tarik wisata di Desa Jatimulyo disebut sebagai Konsep Segitiga Emas, yang terdiri dari keunikan alam, fenomena alam, dan budaya. 

Keunikan alam adalah rangkuman potensi flora-fauna unik yang dapat dijumpai di wilayah desa, meliputi puluhan jenis burung liar, kupu-kupu, anggrek, dll. Fenomena alam merupakan bentang unik berupa kawasan karst yang khas dan menampilkan panorama yang spektakuler. Sedangkan budaya adalah warisan leluhur yang selalu menarik untuk diamati. Budaya ini sekaligus menjadi benteng bagi jati diri masyarakat setempat.

You Might Also Like

0 comments