Lembah, si buah ajaib dari hutan

Suatu hari di Lebakbarang, Kabupaten Pekalongan, saya mendapatkan satu dongeng menarik mengenai buah unik dari hutan. Alkisah, seorang pedag...


Suatu hari di Lebakbarang, Kabupaten Pekalongan, saya mendapatkan satu dongeng menarik mengenai buah unik dari hutan. Alkisah, seorang pedagang minyak melakukan perjalanan melintasi hutan. Gemericik sungai terdengar menghadang di depan sana. Si pedagang berencana beristirahat sembari mengambil air minum. 

Dalam perjalanan menuju sungai itu, ia sempat berjumpa dengan seorang penggembala kambing. Sembari berbincang sebentar, si penggembala memberinya beberapa butir buah kecil yang belum pernah dilihatnya. Si pedagang lalu memakan buah-buah itu. Rasanya manis agak asam.

Setelah makan buah-buah itu, dia minum di sungai. Ajaibnya, air sungai itu rasanya manis. Si pedagang merasa takjub. “Wah sungai yang ajaib, airnya manis” pikirnya. Dia berpikir untuk mengambil air itu untuk dibawanya pulang. 

Maka drigen-drigen minyak dikosongkannya. Minyak-minyak dibuang lalu diisi dengan air sungai yang jernih itu. Dia hendak memamerkan keajaiban air sungai yang rasanya manis ini kepada sanak saudara dan kawan-kawannya. Gemar pamer memang sudah menjadi tabiatnya. 

Sesampainya di rumah, air itu dibagi-bagikannya kepada keluarga dan kawan-kawan sembari diceritakannya keajaiban air itu. Kawan-kawannya pun mencicipi. “Apa uniknya, ini sama seperti air biasa,” celetuk kawannya. 

Lalu, si pedagang pun turut mencicipi. Benar saja, tak ada rasa manis seperti yang ia rasakan saat di sungai. Ternyata, buah dari anak penggembala itulah yang membuat si pedagang tertipu. Si buah dari hutan dengan efek ajaib. 

Cerita buah ajaib dengan efek rasa manis itu mengingatkan saya kepada ‘miracle fruit’, buah yang memberikan sensasi serupa dan dikenal luas. Saya sendiri bahkan sudah pernah mencicipnya. Mungkinkah buah itu yang dimaksud, atau jenis lain lagi?

Kiri: lembah (Molineria latifolia); kanan: nyangkuh (M. capitulata)

Satu jam dari Lebakbarang, tepatnya di Kecamatan Petungkriyono, Pak Tasuri –seorang tokoh pegiat konservasi hutan setempat- bercerita pula mengenai satu jenis tumbuhan hutan yang buahnya bisa memberikan sensasi unik, yaitu sensasi manis yang tertinggal di lidah. Ini pasti buah yang sama dengan si buah ajaib dari penggembala kambing di Lebakbarang.

Masyarakat di Petungkriyono menamai tumbuhan hutan yang memberi sensasi unik itu dengan sebutan ‘lembah’. Masih kata Pak Tasuri, morfologi tumbuhan ini mirip dengan ‘nyangkuh’. Kalau nyangkuh, saya tahu. Lebih tepatnya, tahu sekilas morfologi tanaman ini. Sementara detail-detail seperti bunga dan buahnya, saya belum tahu. Namun setidaknya, sampai di sini saya bisa menyimpulkan bahwa buah unik tersebut bukanlah 'miracle fruit' (Synsepalum dulcificum).

Untuk mengobati rasa penasaran saya, maka saya menelusuri sepak terjang tumbuhan unik ini. Lembah (ada yang menyebut lemba-lembi, lembuh, marasi, dll) adalah tumbuhan kecil dari jenis Molineria latifolia (Synonim: Curculigo latifolia). Tumbuhan ini memang kerabat dekat nyangkuh, masih dalam satu Marga Molineria. Nyangkuh sendiri memiliki nama latin M. capitulata. Secara morfologi, kedua tumbuhan ini mirip dan agak sulit dibedakan tanpa pengamatan yang teliti.

Lembah (M. latifolia) merupakan tumbuhan herba tahunan. Daunnya berbentuk lanset menyempit berwarna hijau, permukaan atas agak kasar dan bagian bawah berambut. Panjang tangkai daun bisa mencapai 1,2 m. Bunga berwarna kuning cerah berbentuk lanset (Steenis, 2006).

Lembah biasa tumbuh di habitat lantai hutan yang lembab dan ternaungi. Sebarannya cukup luas, meliputi Cina bagian selatan, Bangladesh, Andaman, hingga Asia Tenggara termasuk Indonesia. 

Kiri: lembah; kanan: nyangkuh

Buah lembah berbentuk seperti beri memanjang dan meruncing sekira 1,5-2 cm. Jika telah matang, warnanya putih sedangkan bijinya berwarna hitam. Rasanya manis agak asam, menurut saya agak mendekati rasa buah naga. Bedanya, efek modifikasi rasa yang dihasilkannya. Kalau kita memakan beberapa buah lembah ini, maka kita akan merasakan sensasi manis untuk beberapa saat. 

Setelahnya, makan atau minum apapun jadi terasa manis. Bahkan, minum air putih tawar pun akan terasa ada manis. Persis seperti cerita si pedagang minyak tadi. Rasa manisnya jauh melebihi air mineral yang ‘ada manis-manisnya’ itu. Benar-benar terasa manis. Efek ini bisa bertahan sekira 10 menit.

Efek modifikasi rasa manis ini dihasilkan oleh curculin yang terkandung dalam buahnya. Curculin adalah sejenis protein dengan rasa manis dan memiliki efek modifikasi rasa manis. Dengan adanya kandungan khusus tersebut, M. latifolia punya potensi untuk dikembangkan dalam industri makanan. Zat manis dari buah ini mungkin bisa menjadi pemanis alternatif bagi penderita diabetes.

You Might Also Like

0 comments