Maratua Expedition: sebuah perjalanan mengesankan

Matahari sudah tergelincir ke barat saat speedboat yang aku tumpangi bersandar di dermaga Kampung Bohe Silian, di laguna Pulau Maratua ...


Matahari sudah tergelincir ke barat saat speedboat yang aku tumpangi bersandar di dermaga Kampung Bohe Silian, di laguna Pulau Maratua ini. Perjalanan menuju salah satu pulau terluar ini selalu menggoreskan cerita khas dan menampilkan sisi petualangan tersendiri. Apalagi kali ini kami sedang berpuasa. Aku beserta rombongan kali ini memilih jalur perjalanan dari Tanjung Redeb, ibukota Kab. Berau menuju pulau via Tanjung Batu. Itu artinya kami harus melakukan perjalanan darat menggunakan mobil, ini tidak lama, hanya dua setengah jam, namun selalu sukses mengocok perut. Begitulah, jalan menuju Tanjung Batu ini meskipun sudah relatif bagus namun berkelak-kelok dan naik turun. Mas Deni, driver kami, dengan lincah memacu Toyota Avanzanya. Aku memilih tidur, mengantisipasi agar tidak merasa mual di sepanjang perjalanan ini.

Dari Tanjung Batu, kami menyewa speed boat Pak Nelson. Dengan mesin ganda yang meraung-raung itu kami membelah lautan luas, dan akan menghabiskan dua jam kami berteman semilir angin dan hempasan ombak yang lumayan ganas. Ya, orang sini menyebut musim selatan, musim saat angin bertiup dari selatan dengan cukup kencang. Beruntung, Pak Nelson adalah motorist handal yang dengan sigap mengantisipasi ombak yang menghadang. Sempat aku memandangi Pulau Derawan yang tersohor sebagai destinasi wisata itu. Juga Pulau Kakaban, di mana ubur-ubur tidak menyengat (stingless jellyfish) hidup dalam kedamaian di danau air asinnya. Beberapa kali segerombolan ikan teri berakrobat, meloncat-loncat keluar air, menari-nari di udara, mengikuti speed boat yang terus melaju. Jumlahnya mungkin ribuan. Sesekali burung camar laut terbang rendah di atas kami. Hingga tak terasa Pulau Maratua sudah nampak dekat di depan.

Perjalanan menuju tempat-tempat yang jauh adalah sebuah kenikmatan tersendiri. Saat-saat jauh dari orang-orang yang dikasihi membuatku merasakan betapa berharganya mereka. Senyum mereka terlukis di langit Maratua yang biru bersih. Tawa canda mereka seakan terselip di antara riak air laguna yang airnya crystal clear. Sebening cinta yang kurasakan, tulus dari mereka.

Didedikasikan untuk theartofaurora.wordpress.com, penulisnya adalah seseorang yang selalu kurindukan dalam perjalanan ini.

Yogyakarta, Juli 2015

You Might Also Like

1 comments

  1. How could i miss that articles ������
    You should bring me here someday!
    You should..

    ReplyDelete